Source : Jawapos, Edisi Jumat, 21 Mar 2008
EEPIS-Online, ITS Siapkan Surprise, ITATS Bikin Lintasan Khusus
Banyak yang istimewa pada persiapan tim-tim peserta Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kompetisi Robot Cerdas Indonesia (KRCI) dari kampus-kampus Surabaya. Lewat kompetisi tahunan ini, para peserta seolah ingin unjuk gengsi antarkampus.
ITS Siapkan Surprise, ITATS Bikin Lintasan Khusus
Banyak yang istimewa pada persiapan tim-tim peserta Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kompetisi Robot Cerdas Indonesia (KRCI) dari kampus-kampus Surabaya. Lewat kompetisi tahunan ini, para peserta seolah ingin unjuk gengsi antarkampus.
EMPAT "rangkaian sarung" terlihat berjejer di atas meja laboratorium robotika PENS-ITS. Rangkaian itu cukup rapat, tetapi bagian bawah masih tampak rangka-rangka besi. Benda yang dikurung tersebut tidak lain adalah robot-robot yang disiapkan menuju panggung KRI 2008.
Sejak setahun lalu, PENS-ITS memang enggan mengekspos robot-robotnya untuk umum sebelum hari H kontes adu kecanggihan robot itu. "Kami tidak bermaksud merahasiakan. Kami hanya ingin memberikan surprise untuk semua," kata Setiawardhana, pembina tim KRI PENS-ITS JUMP-BE.
Setiawardhana mengaku timnya sedang melakukan riset lebih mendalam. Sebab, dalam beberapa kali tahap percobaan, JUMP-BE belum bisa memberikan performa maksimal. "Masih sering bongkar pasang. Karena itu, tidak enak kalau dilihat dalam keadaan begitu," ujarnya.
Pada kontes robot tahun ini, beban PENS-ITS cukup berat. Sebab, sebagai juara tahun sebelumnya, tentu target utama tim adalah mempertahankan juara. Untuk bisa mempertahankan tentu tidak mudah. Sebab, kampus-kampus lain juga ingin merebut prestasi prestisius itu. "Iklim kompetisi makin bagus, PT (perguruan tinggi) lain mulai bangkit," tegasnya.
Persiapan total telah dilakukan PENS-ITS. Bahkan, mereka telah membangun lapangan KRI sejak pertengahan Januari lalu. Kini medan robot sudah terlihat mulus. Total biaya yang dihabiskan untuk lapangan mencapai Rp 20 juta. Untuk biaya robot, satu otomatis dan manual, hanya dianggarkan Rp 10 juta.
EEPIS-Online, Menariknya, JUMP-BE disusun dari bahan-bahan lokal. "Untuk KRI memang semua lokal. Kalau KRCI mungkin ada yang impor," jelas Setiawardhana.
Berapa kali JUMP-BE berlatih? Pembina tim yang beranggota tujuh mahasiswa tersebut tak ingat pasti. Namun, hingga kini, robot belum berhasil mengangkat keju di tengah lapangan yang bernilai 12. "Kalau robot manual sudah bagus. Mampu mengambil pot dan bulatan, lalu menaruhnya di keranjang," jelasnya.
Peserta yang juga telah melakukan persiapan matang adalah tim dari kampus Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Dalam kontes kali ini, ITATS tidak ingin hanya dianggap sebagai figuran. Mereka ngotot karena pada tahun ini adalah KRI pertama yang diikuti. Sebagai bukti, entah sudah berapa juta rupiah yang dikuras untuk bisa unjuk gigi. Tidak hanya robot, kampus tersebut juga membangun lintasan sesuai standar KRI itu di halaman ruang perkuliahan.
"Persiapan kami memang sangat habis-habisan. Sebagai kampus teknologi, kami harus bisa berbicara banyak. Jadi, apa pun yang diminta mahasiswa kami turuti," ujar Rektor ITATS Hadi Setiawan kemarin (20/3).
Dengan lintasan khusus, paling tidak robot ITAT-Tsu yang merupakan robot andalannya diharapkan bisa tampil istimewa. Nama ITAT-Tsu menunjukkan identitas kampus. Kata Tsu adalah kependekan Surabaya. Nama itu juga sumbangan dari Pembantu Rektor II Kunto Eko Susilo. Nama robot yang sama juga pernah ikut serta kontes robot pada 1980-an.
Lintasan tersebut berukuran 14 x 13 meter. Ukuran dan bentuk lintasan persis dengan ajang KRI. Bola-bola yang dipakai untuk adu ketangkasan robot juga disesuaikan standar, yakni seberat 150 gram. Termasuk, lintasan tengah yang digunakan untuk adu ketangkasan robot otomatis. Ada sedikit yang membedakan lintasan itu. Lantai yang berbahan standar vinyl diganti karpet khusus."Dua minggu kami melembur arena ini," kata Firmandana Ardi, juru bicara tim ITAT-Tsu.
Sejauh ini, kampus sudah menggelontorkan dana Rp 15 juta untuk membuat arena. Sementara pembuatan robot sudah menghabiskan dana Rp 20 juta. (git/ara/hud-bersambung)