PPNS Siapkan Enam Robot, UHT Berharap Keajaiban
Segala kemampuan dikerahkan setiap kontingen untuk menyongsong KRI-KRCI 2008. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)-ITS, misalnya, telah menyiapkan robot TRIPLE-S untuk KRI. Sementara itu, Universitas Hang Tuah baru merampungkan 50 persen robotnya.
—–
Jumlah robot tersebut tentu cukup banyak. Sebab, rata-rata perguruan tinggi lain hanya membuat 3-4 robot. Yakni, satu robot manual plus dua atau tiga robot otomatis. Dalam lomba nanti, maksimal robot yang diizinkan maju pun hanya lima buah. "Ya, yang dilombakan tetap empat robot. Ini hanya tindakan pengamanan. Kami ingin tampil maksimal," sambung dosen mikro elektronika itu.
TRIPLE-S bakal dibuat lebih total dibandingkan robot tahun lalu. Pada KRI 2007, PPNS mengirimkan robotnya namun tak masuk babak final. Tahun ini PPNS memilih mahasiswa semester empat agar bisa lebih fokus. "Kalau semester enam, mereka sudah sibuk dengan tugasnya sendiri," kata Lilik.
Tiga mahasiswa di balik TRIPLE-S adalah Mochammad Samsuri, Mochammad Salman, dan Achmad Fiqhi. Mereka adalah mahasiswa jurusan teknik kelistrikan kapal. Sejak Februari lalu, tiga serangkai itu merancang TRIPLE-S. Menginjak Maret, pekerjaan mereka semakin banyak. "Kami diuntungkan dengan laboratorium yang kami miliki," ujar Samsuri.
Laboratorium PPNS tergolong lengkap untuk menggarap robot. TRIPLE-S secara khusus dipoles di beberapa laboratorium. Misalnya, di bengkel sheed metal untuk membuat pelat dan konstruksi. Juga, di bengkel reparasi mesin untuk pembubutan. Ketiga mahasiswa juga tak segan-segan meminta pendapat kakak tingkat mereka yang pernah mengikuti kontes bergengsi tersebut.
"Target kami tidak muluk-muluk, cukup bisa masuk lima besar nasional," ungkap Lilik.
PPNS ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka tak hanya andal mencetak kapal, tapi juga jagoan merancang robot.
Sementara itu, tim KRCI Universitas Hang Tuah kali ini sedang diliputi rasa kalut. Sebab, robot New Pioneer garapan mereka masih 50 persen. "Saya tak yakin bisa rampung. Tapi, kami akan berjuang hingga detik-detik terakhir. Kampus terus memberi dorongan moral," kata Hadi Suyanto, juru bicara tim KRCI UHT.
Bagi UHT, KRI dan KRCI 2008 sebetulnya bisa dijadikan momentum kebangkitan. Melalui even itu, nama kampus diharapkan bisa lebih dikenal luas. Maklum, tahun ini adalah tahun pertama UHT bisa tampil dalam KRCI.
Menurut Hadi, persoalan mendasar terdapat pada penyusunan modul program robot tersebut. "Hingga kini saya belum menemukan rumus yang tepat untuk bisa menggerakkan robot dengan dahsyat," ucap mahasiswa semester enam tersebut.
Sensor-sensor robot, kata Hadi, baru terpasang tiga unit. Padahal, persiapan kampus lain, seperti juara bertahan PENS ITS, Ubhara, dan Ubaya, sudah mampu memasang banyak sensor. "Setelah membaca tulisan persiapan kampus-kampus lain di Jawa Pos, kami menjadi agak miris," katanya.
"Siang malam kami terus berusaha menemukan cara agar bisa memasang banyak sensor sehingga kinerja robot bisa optimal," lanjut Hadi.
Sebenarnya untuk merancang robot, kampusnya tak kalah dengan kampus lain. Hadi mengaku telah merampungkan proyek robot penjinak bom pesanan Makoarmatim. Robot tersebut diselesaikan dengan dana Rp 12 juta, sedangkan dana yang tersisa akan dipakai dalam KRCI tahun ini. "Tapi, memang konsep yang kami rancang lebih sulit daripada sekadar robot penjinak bom," jelasnya.
Selain persoalan teknis, tambah Hadi, kekompakan anggota tim menjadi problem tersendiri. "Terus terang, mengumpulkan anggota untuk intens mengerjakan robot susahnya bukan main. Tapi, sekali lagi kami akan berusaha maksimal," tambahnya. (ara/git/ari)