Source : Jawapos, Edisi 18 Juni 2008

"bareng"Tradisi
kemenangan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)-Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) bukan tanpa
perjuangan. Delapan anggota tim yang bertanding tahun ini kerap bekerja sehari
penuh untuk mendesain robot juara. Surat Peringatan alias SP ketiga akhirnya
melayang ke tangan Bagus Hendra Prasetyo, Ridla Rizalani Arif, dan M. Syaiful
Azis.


Tingkat kehadiran perkuliahan semester genap ketiga anggota tim KRI
PENS-ITS tersebut dinyatakan kurang dari 75 persen. Itu sebuah peringatan agar
mereka tak lagi sering bolos kuliah. Indeks prestasi (IP) mereka semester ini
terancam melorot." Orang tua kami yang menerima SP itu. Kami langsung dikabari
pada Sabtu (14/6)," kata Bagus, starter robot otomatis Jump-Be, ketika ditemui
di markasnya kemarin (17/6).

Tim
KRI PENS-ITS beranggota delapan orang. Tim inti terdiri atas Bagus, Ridla,
Azis, Bayu Prasetyo, Ali Murtadlo, dan Iwan Kurnianto Wibowo. Tim mekanik
digawangi Bayu Sandi M. dan Diki Zulkarnanin. Di bawah bimbingan Setiawardhana
dan Fernando Abdilla (keduanya dosen), tim tersebut berhasil menyelesaikan tiga
robot manual dan satu robot otomatis. Saat menerima kabar adanya surat
peringatan ketiga itu, Bagus dan rekan-rekannya berada di Universitas
Indonesia. Mereka mengawal robot Jump-be yang sedang bertarung dalam Kontes
Robot Indonesia 2008. " Saya bahkan sedang berada di pit stop untuk memulai
lomba," terang Bagus. SP memang langsung dikirimkan kepada orang tua mahasiswa.
Mau tak mau, problem perkuliahan itu langsung diketahui seluruh keluarga Bagus
dan kawan-kawannya. " Keluarga kami bisa mengerti. Sebab, jauh-jauh hari kami
memberi tahu mereka tentang kesibukan di luar jam kuliah. Semua demi nama baik
PENS,"ujarnya. Bagus mengaku tidak bermaksud sering bolos. Namun, tuntutan
untuk menciptakan robot yang layak bersaing, apalagi menyandang predikat juara
bertahan, sangat menyita waktu anggota tim. " Kami harus membuat pilihan. Demi
prestasi itu, terpaksa harus sering bolos,"katanya

Totalitas
dalam menyiapkan robot tahun ini memang menjadi tekad Tim KRI PENS-ITS. Sebab,
menjadi salah satu anggota tim tersebut bukan hal mudah. Selain harus melalui
seleksi yang superketat, mereka harus mau bekerja keras siang dan malam untuk
menciptakan robot andal. " Sejak awal, kami telah merasakan beban kemenangan
berturut-turut PENS. Kami harus meneruskan tradisi itu,"kata Ridla yang
bertugas sebagai ketua tim. Ridla dan tujuh rekannya tercatat lolos seleksi
menjadi anggota tim pada Oktober tahun lalu. Mereka terpilih di antara 250
pendaftar. Selain tim KRI, terpilih 12 anggota Kontes Robot Cerdas Indonesia
(KRCI). Sejak saat itu, tim harus bekerja keras tujuh hari dalam seminggu. Tak
jarang, mereka berkutat dengan peranti penyusun robot selama sehari penuh.
Mendesain, memodifikasi, dan mengutak-atik beragam komponen robot menjadi menu
sehari-hari mereka. Setiap bagian atau divisi tim melakukan riset
masing-masing. Ada yang bergelut dengan kecepatan, kemampuan lengan robot untuk
menjepit (bulatan keju), dan kemampuan umum robot otomatis maupun manual. " Kami
membuat persiapan melebihi tahuntahun sebelumnya. Tahun ini kan melalui seleksi
regional sebelum ke nasional. Jadi, perjuangannya lebih panjang,"terang
mahasiswa jurusan elektronika semester enam itu. Karena belum mengetahui
kemampuan lawan, mereka ingin membuat yang terbaik.

Menurut
tim, robot mereka selalu saja memiliki kekurangan. Misalnya, kecepatan lari
kurang dan lengan robot kurang kuat. Akhirnya, mereka membuat inovasi berupa
robot otomatis yang mampu meloncati pembatas lapangan. Tim mendapatkan
inspirasi robot meloncat itu dari robot yang bisa menaiki tangga. " Tapi,
membuatnya tidak mudah. Harus dicoba berkali-kali," tegasnya. Ali Murtdalo
mencontohkan, untuk robot manual saja, tim harus melakukan lima kali
trialerror. " Satu robot sudah jadi, kami coba, ternyata, ada yang kurang. Kami
modifikasi lagi, masih kurang juga. Pernah jadi jelek sampai akhirnya rusak,"tutur
Ali lantas terbahak. Kerja keras itu akhirnya terbayar pada seleksi regional IV
di Graha Sepuluh Nopember ITS. Mereka berhasil menunjukkan kekuatan, meski
robot otomatis mereka sempat ngadat di tengah lapangan. Tapi, setelah memenangi
regional IV, mereka justru tambah pusing. " Strategi kami terungkap sudah. Kami
harus membuat strategi baru agar lawan tak mengetahui langkah Jump-Be," tutur
Ridla. Strategi yang mereka bawa ke final pun berubah. Tim tak lagi mengincar
kemenangan lewat govinda (nilai sempurna bagi tim robot yang mampu mengangkat
dua keju putih dan satu keju kuning). Mereka membuat robot-robot otomatis
mengambil nilai plus dengan cara menghadang lawan. Strategi itu terbukti andal
ketika mereka kembali melawan KhilG (Tim Unibraw Malang) pada babak final
nasional di Balairung Universitas Indonesia (UI), Minggu (15/6). PENS
mengungguli Unibraw dengan skor 30-12.

Berkat kemenangan itu, mereka mengantongi tiket
ke Asia Pacific Broadcasting Union ABU Robocon 2008 Pune, India. " Perjuangan
belum berakhir. Kami harus merancang strategi baru dan terus berdoa,"kata
Ridla. Tim Jump-be memang punya ritual khusus sebelum bertanding. Mereka selalu
berdoa bersama dan mengambil air wudu. " Saat di lapangan, kami merasa lebih
segar,"ungkapnya. Di India nanti, mereka juga ingin menunjukkan kekompakan dan
kekuatan yang sama dengan di tingkat nasional. Lawan yang mereka hadapi memang
garang, terutama juara bertahan dari Tiongkok. Untuk itu, lagi-lagi mereka
harus bekerja keras. Performa PENS akan sangat menentukan Indonesia di mata
dunia robotika Asia Pasifik. Di sisi lain, kemenangan PENS tak hanya menuai
pujian. " Kami sering disindir, kok PENS ikut lagi dan menang lagi?"kata
Fernando, sang pembina. Dia menjelaskan, tim robot yang dibinanya selalu
berganti tiap tahun. Artinya, yang bertarung dalam kontes robot selalu pemain
baru. " Karena itu, kami harus diberi kesempatan yang sama untuk bertanding.
Silakan yang lain juga berusaha saling mengejar,"sambungnya. Dia mengatakan,
PENS tak pernah merasa eksklusif. Beragam workshop robotika telah dihelat PENS
dengan mengundang mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka juga membiarkan
robotnya difoto dan direkam tim-tim lain setelah final di Jakarta lalu. " Kami
juga siap berbagi ilmu setelah final internasional nanti,"tegasnya. (ara/fat)

wpChatIcon
EnglishIndonesian