Source : Jawapos, Edisi Minggu, 18 Mei 2008
SURABAYA – Kontes Robot Indonesia (KRI)
2008 masih didominasi pemain-pemain lawas. Dalam pertandingan babak
penyisihan Regional IV di Graha Sepuluh Nopember, ITS, kemarin (17/5),
para kampiun KRI tahun lalu dengan mudah menggasak lawan-lawannya.
robotnya Jump-Be, melenggang dengan skor tertinggi. Jump-Be memperoleh
hasil sempurna karena mampu mencetak govinda pada penyisihan game kedua.
Sebanyak
21 tim KRI dibagi dalam tujuh grup. Masing-masing tim bermain dua kali
(dua game) untuk menentukan juara pertama dan kedua grup. Hari ini, 16
tim masuk babak perdelapan final. Juara satu, dua, dan tiga yang berhak
ke Jakarta ditentukan hari ini pula.
Secara umum, performa
seluruh robot rata-rata tak mengecewakan. Walaupun, sebagian robot
otomatis sering macet di tengah lapangan.
"Seluruh robot
rata-rata mengalami kemajuan," tutur Endra Pitowarno, salah seorang
juri. Kemajuan tersebut dapat dilihat pada robot yang menjadi juara
grup. Yakni, Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Negeri
Surabaya (Unesa), Universitas Hassanudin (Unhas), dan Universitas
Bhayangkara (Ubhara). "Unibraw paling pesat. Saya berani bilang, mereka
sejajar dengan PENS dan ITS," kata Endra Pitowarno.
Jagoan
Surabaya, PENS ITS memang sepertinya tak tertandingi. Ketika robot lain
hanya memikirkan cara mendapatkan poin, robot mereka sudah berpikir
(dan mampu melakukan) cara mendapatkan poin dan menghadang lawan.
Kekuatan Jump-Be tampak maksimal ketika melawan Morzan dari Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM).
Jump-Be berhasil mencetak govinda
alias berhasil mengangkat seluruh keju (satu keju kuning dan dua keju
putih) yang menjadi tugas mereka. Skor sempurna, 48, berhasil mereka
raih. Jump-Be mengandalkan tiga robot otomatis dan satu manual. Dua
robot yang bertugas mengambil keju putih langsung jalan.
Setelah
berhasil, mereka langsung mengangkat keju dan "parkir" di "gawang"
lawan. Dengan demikian, lawan tak bisa memasukkan pot dan bola.
Akibatnya, lawan kehilangan nilai. Satu robot otomatis Jump-Be bahkan
bisa melompati kayu pinggiran lapangan dan masuk ke common area untuk
digendong robot manual mengambil keju kuning. Itu semua dilakukan dalam
waktu kurang dari tiga menit.
"Saya rasa memang masih akan sulit
untuk mengalahkan mereka. Tapi, perebutan posisi dua dan tiga pastinya
bakal seru," sambung Endra. "Apalagi kalau nanti ITS lawan Unibraw,
wah…" komentarnya. Dua tim andalan tersebut memang berada pada grup
yang berdekatan A (ITS) dan C (Unibraw).
Endra juga tetap
memperhitungkan kuda hitam yang tak kalah tangguh. Salah satunya robot
Unesa Rengganis. Rengganis terutama kuat di robot manual. Sang driver
mampu melarikan robotnya dengan cepat. Dia andal menumpuk pot dan bola
dalam susunan yang tinggi (tiga pot dan tiga bola) sehingga membuat
ratusan penonton menjerit histeris.
Para penonton, termasuk
pendukung Rengganis, takut bola tergelincir jatuh dan Rengganis
kehilangan poin. Aksi itu ditunjukkan Rengganis pada pertandingan kedua
melawan Universitas Negeri Makassar.
Sementara itu, robot-robot
Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) juga telah menunjukkan kecerdasan.
Meski begitu, Endra mengatakan, sebagian besar robot masih kesulitan
menjalankan tugas. "Tahun ini memang terlalu berat. Saking beratnya,
sampai-sampai banyak yang tidak bisa menjalankan tugas," sambungnya
dengan nada bercanda.
Sama halnya dengan KRI, juri mencari tiga
robot KRCI terkuat untuk masing-masing divisi agar bisa ditandingkan ke
Jakarta. Yakni, divisi expert swarm dan expert single serta senior
beroda dan berkaki. (ara/nw)