EEPIS Online – Adalah 4 orang mahasiswa PENS jurusan Elektro Industri, yang terdiri atas M. Firmansyah, M. Masru, Oxi Purbaya dan Anang Priyono bimbingan dari Ir. Era Purwanto, M.Eng, Indhana Sudiharto, ST. MT dan Endro Wahjono S.ST yang merancang dan membuat regulator otomatis yang awalnya mewakili PENS mengikuti PIMNAS XXII 2009 yang akan diselenggarakan di Universitas Brawijaya, Malang pada­ 21-25 Juli lalu. Meskipun gagal namun karya mereka yang sekaligus merupakan proyek akhir ini mampu menyedot perhatian berbagai pihak karena unsur "benefit" nya yang sangat tinggi.



"DSC_6052"Teknologi yang ditawarkan oleh tim dengan ketua Firman ini diberi judul "Intelegen Regulator Kompor Gas Elpiji" sekaligus merupakan tugas akhir Firman dan Masru. Seringnya terjadi ledakan akibat kebocoran gas elpiji pada masyarakat, menjadi latar belakang Firman membuat alat tersebut. Memang alat pendeteksi kebocoran gas telah banyak beredar di masyarakat, alat ini merupakan pengembangan dari alat yang telah ada. Sebagian besar alat pendeteksi kebocoran gas memasang solenoid valve pada pipa regulator. Hal ini memungkinkan masih ada gas yang bocor pada tabung. Untuk itu, mereka meletakkan solenoid valve bukan pada pipa regulator tapi pada katub yang langsung terhubung dengan tabung. Ini dilakukan karena berat jenis gas lebih ringan daripada udara, sehingga gas selalu bergerak ke bawah. Apabila ada gas yang bocor, gas ini akan terdeteksi oleh sensor. Sensor yang terhubung dengan modul inilah yang mampu menyebabkan solenoid valve bekerja. Dengan mikrokontroller sebagai basis pada modul, gas tersebut di ubah menjadi tegangan. Akibatnya plunjer akan bergerak ke bawah sehingga plugnya menutup lubang pada Port dan menghalangi gas yang melewati valve.

Di samping itu alat ini juga dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi dan lampu indikator yang menyala sewaktu terjadi kebocoran. Alarm ini akan mati bersamaan dengan tertutupnya lubang gas. Penempatan solenoid valve pada katub inilah yang menjadi nilai plus alat tersebut. Untuk lebih menunjang kinerja alat, mereka melakukan observasi ke PERTAMINA yang berada di daerah Rungkut, Surabaya. Melalui percobaan berulang kali, akhirnya alat ini mampu mendeteksi kebocoran gas secara tepat. Tidak hanya itu, mereka pun mengantisipasi sisa gas buang akibat kebocoran dengan menempatkan exhaust fan di daerah sekitar penyimpanan tabung. Sehingga sisa gas akan langsung terdorong keluar bersama hembusan udara dari exhaust fan yang otomatis juga menyala. Setelah kebocoran diminimalisir dan aman, maka pada panel kontrol akan tampak tulisan "Kondisi Aman".

Ketika di tanya mengenai besar biaya pembuatan alat tersebut Masru menjawab , "Untuk membuat alat ini setidaknya dibutuhkan biaya yang cukup besar, sekitar 4-5 juta" ungkap Masru. Meskipun demikian, Masru mengaku cukup lega dan puas dengan karyanya karena ke depan alat ini dapat dikembangkan untuk pemakaian tidak di skala industri, tapi juga di skala rumah tangga.. Senada dengan Masru, Firman pun mengungkapkan hal yang sama. "Untuk memunculkan ide kreatif kita harus peka terhadap kondisi masyarakat" tambahnya.(humpens)

Local Contact:

Ir. Era Purwanto M.Eng (Hp.0811 377 673)

M. Firmansyah (Hp. 0856 4868 1008)

wpChatIcon
EnglishIndonesian