EEPIS-Online, (25/03) Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tidak selalu memberikan dampak positif bagi Indonesia. Dampak negatif yang timbul antara lain meningkatnya kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi. Sebut saja kejahatan carding, skimming, hacking, cracking, human trafficking dan lain sebagainya. Semua dampak negatif tersebut harus segera ditanggulangi.
Guna menanggulangi cybercrime tersebut, pemerintah pada tahun 2007 mendirikan ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure). Tugas pokok ID-SIRTII yakni melakukan sosialisasi dengan pihak terkait untuk melakukan pemantauan atau pendeteksian dini terhadap ancaman jaringan telekomunikasi dari dalam maupun luar negeri. Sehingga teknologi informasi dapat mendukung peningkatan produktifitas masyarakat di semua sektor secara tepat guna dan aman untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Ketua ID-SIRTII Richardus Eko Indrajit mengatakan, di Indonesia potensi pemakaian teknologi informasi untuk hal-hal negatif lebih tinggi dibandingkan pemakaiannya dalam hal-hal positif. ID-SIRTII membantu mengingatkan masyarakat Indonesia akan pentingnya penggunaan dan pertahanan security dalam dunia maya. "Menyerang itu gampang, bertahanlah yang sulit. Di Indonesia setiap harinya ada 1.5 juta serangan baik dari dalam maupun luar negeri. Hal itu belum temasuk 3 juta serangan yang menyerang situs Kepresidenan", ujarnya.
Seminar yang bertajuk "Pengamanan Infrastruktur Internet Indonesia" rencananya akan digelar di lima kota se-Indonesia, yaitu Surabaya, Mataram, Balikpapan, Pekanbaru dan Manado. Peserta seminar ini tidak dipungut biaya, karena menjadi tugas utama pemerintah untuk membantu masyrakat Indonesia nyaman bertransaksi di dunia maya.
"Sejak berdiri tahun 2007, kami selalu mengadakan sosialisasi atau seminar dan workshop di lima kota se-Indonesia. Setelah Surabaya, kami berencana akan melanjutkan perjalanan menuju Mataram", tambah Budi Indiarto, pihak ID-SIRTII yang juga alumni Teknologi Informatika ITS seperti Richardus Eko Indrajit.
Pihak ID-SIRTII mempercayakan acaranya difasilitasi oleh PENS. Suatu kehormatan tersendiri menjadi tuan rumah Seminar dan Workshop Pengamanan Infrastruktur Internet Indonesia. Seminar tersebut dibuka secara langsung oleh Ir. Dadet Pramadihanto selaku Direktur PENS. Peserta seminar diantaranya datang dari Dinsos Kota Surabaya, TNI, Polri, TELKOM, Mahasiswa dan lainnya. Gildas Deograt Lumy, selaku Koordintor KKI (Komunitas Keamanan Informasi) turut hadir mengisi materi "Hidup Nyaman dan Bertransaksi Aman di Dunia Maya".
Terlaksananya seminar ini tidak lepas dari peran Tri Budi Santoso. Beliau yang mengusulkan kepada POSTEL apabila memiliki acara untuk mengadakannya di kampus PENS. ID-SRTII yang bernaung dibawah POSTEL pun akhirnya memilih PENS sebagai tempai untuk menggelar seminar dan Workshopnya di Surabaya.
"Semoga setelah acara ini, PENS dapat lebih dikenal dikhalayak ramai. Seminar ini pun sangat berguna. Karena konvergen dengan kampus kita yang berbasis teknologi. Maka mahasiswa pun juga diundang, seperti dari Universitas Trunojoyo Madura.
Acara seminar berakhir sekitar pukul 12.00, dilanjutkan dengan istirahat siang. Sekitar pukul 14.00, barulah Workshop di mulai. Pembicara pada Workshop yaitu Gildas Deograt Lumy yang mengajarkan peserta menggunakan TRUE CRYPT dan Ferdinant Soritan dari Divisi Multimedia TELKOM Indonesia.
Acara ini terbilang cukup sukses. Para peserta merasakan begitu manfaatnya mengetahui segala bentuk atau cara kejahatan serta penanggulangannya dalam dunia maya. Terlebih lagi diimplementasikan dalam Workshop. "Saya senang mengikuti acra ini. Sungguh bermanfaat. Karena saya orang awam yang tidak terlalu mengerti tentang IT", cetus Siti Khoiriyah dari Dinas Sosial Kota Surabaya.(dha/mel/ron)