Seminrar tersebut mengundang tokoh-tokoh pendukung open source seperti Rusmanto, Redaktur Utama Majalah INFO LINUX, Pengurus Komunitas Linux Arek Surabaya (KLAS), serta Salah Satu Staf Ahli Depkominfo Suryu Sumpeno dari ITS.
“Saat ini trend teknologi komunikasi telah mengakar sampai merambah pada kurikulum pendidikan, tetapi sampai saat ini masih ribuan bahkan ratusan ribu sekolah di Jawa Timur yang belum mempunyai laboratorium Komputer, padahal mereka sudah menerapkan kurikulum TIK pada siswanya. Bukannya itu hal yang aneh!â€,papar Anas, salah satu pengurus utama KLAS. Anas yang tidak lain adalah seorang guru juga merasakan bahwa tingkat pendidikan menengah ke bawah meliputi SD, SMP, SMA/SMK sangat jauh tertinggal dengan tingkat perkuliahan dalam bidang teknologi informasi. Tetapi hal itu tidak akan menjadi alasan yang berarti, karena Linux open source menawarkan teknologi murah berkemampuan kadal dengan LTSPnya.
Anus menjelaskan dengan LTSP(Linux Terminal Server Project) computer-komputer yang ada dalam gudang akan segera dipergunakan kembali dan dapat dipakai untuk membangun sebuah laboratorium modern dengan hanya ada 1 PC berspesifikasi tinggi sebagai server serta instalasi jaringan sederhana. “Seandainya Komputer – Komputer buntut dikantor – kantor pemerintah, DPR, PEMDA yang sudah dimasukken gudang itu dihibahkan kepada sekolah-sekolah terbelakang, maka tidak aka nada lagi sekolah di Indonesia yang tidak punya lab computerâ€, harap Anus diakhir presentasinya.
Selain itu, menurut Suryo Sumpeno, banyak sekali alternative open source yang dapat menunjang pendidikan. Salah satunya adalah Game interaktif berbasis edukasi. Jadi dengan adanya game-game seru siswa tidak akan bosan untuk berhadapan dengan computer, karena tanpa disadarinya,dia telah belajar dengan cara bermain. Tidak melulu harus terus-terusan mengetik dengan open office writer atau hitung-hitungan dengan open office calc.
Di sesi terakhir, Rusmanto banyak sekali membahas tentang kurikulum TIK yang diterapkan pada dunia pendidikan. “ Pada kurikulum terdahulu, banyak sekali materi yang harus berpacu pada sebuah produk, sebut saja Microsoft word. Tapi sekarang pemerintah telah membebaskan dunia pendidikan untuk memilih sendiri produk IT nya,sehingga pilihan produk yang open source menurut saya adalah yang paling baik untuk diterapkan dunia pendidikanâ€, jelas Rusmanto, yang merangkap Ketua Yayasan Penggerak Linux Indonesia (KPLI). Saat ini Indonesia sebenarnya mampu untuk merdeka di bidang IT, karena SDM Indonesia sudah mampu untuk menangani sendiri kebutuhan IT terutama masalah software. Dan dengan software yang open source itulah semua bisa terjawab.
Dalam Linux Invasion ini, Menkominfo Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA memampatkan diri untuk memberi sambutan dan penghargaan kepada komunitas-komunitas open source yang telah senantiasa selalu menggalakan anti pembajakan software dan selalu memberikan kontribusi mereka pada masyarakat dan dunia pendidikan untuk mengenal dan menggunakan software yang legal, murah, dan handal. Nuh berpesan “Jikalau sesuatu ilmu itu dishare (disebarkan), maka kemanfaatan dari ilmu tersebut menyebarluas dan semakin luas dan itu adalah falsafah open sourceâ€.(ziz)