Source : Jawapos, Edisi Senin 27 Agustus 2007

Dikalahkan Tiongkok dalam ABU-Robocon 2007
"Grush1"HANOI
– Setelah berjuang habis-habisan, robot G-Rush akhirnya gagal menjadi
juara pada ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon 2007 di
Hanoi, Vietnam. Pada babak final kemarin, robot karya mahasiswa
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (PENS-ITS) tersebut gagal mengatasi ketangguhan wakil Tiongkok

Wartawan Jawa Pos Deddy H. Syahrul yang
meliput langsung acara tersebut di Hanoi melaporkan, kekalahan dramatis
itu membuat anggota tim lunglai. Tim yang terdiri atas Pramudya
Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian Syah, Andik Hermawanto, dan
Ali Murtadlo tersebut langsung menangis begitu robot andalannya kalah.

Menkominfo Muhammad Nuh yang sejak awal bersemangat menyaksikan jalannya final juga hanya bisa geleng-geleng kepala.

Ketua
tim robot, Pramudya Airlangga, menyayangkan kekalahan tersebut. Dia
menilai tim juri kurang adil dalam pertandingan tersebut. Bahkan, Angga
-sapaan akrab Pramudya Airlangga- sempat memprotes ketidakadilan tim
juri tersebut. "Semestinya kami bisa menang," ujarnya.

Dalam
pertandingan final kemarin, robot G-Rush sempat terhalang blocker lawan
dan tak bisa bergerak. Marsudi langsung meminta status retry (setting
kembali) kepada juri. Tanpa alasan jelas, permintaan tersebut ditolak
mentah-mentah. "Apa alasannya? Itulah yang kami protes kepada tim
juri," tegasnya.

Tak pelak, "ngadatnya" tim G-Rush tersebut
membuat robot The Inspire Team dari Tiongkok leluasa menguasai arena.
Tak berselang lama, robot karya mahasiswa Xian Jiaolong University
tersebut mampu membentuk Victory. Kemenangan pun akhirnya melayang ke
Tiongkok. "Kami memang kurang memperhatikan blocker lawan. Mestinya
kami pakai strategi yang lain," ungkap Angga.

Sebelumnya, di
semifinal, Indonesia mampu menaklukkan tim Malaysia dengan skor 12-10.
Tim Malaysia yang lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan tim
Jepang, tak mampu menghentikan strategi 1, 2, 3 yang diterapkan tim
G-Rush. " Strategi tersebut memang kami simpan pada babak sebelumnya,"
jelasnya.

Dalam strategi tersebut, ritme laju kecepatan lawan dihitung, lantas disesuaikan gerak blocker milik G-Rush.

Optimisme
tinggi sebenarnya melambung sejak babak penyisihan ketika G-Rush
berhasil memecundangi wakil Bangladesh dengan skor telak, 2-0 (14-4).
Dengan hanya mengandalkan tiga di antar empat robot, G-Rush langsung
menyerobot dan mengubrak-ngabrik daerah pertahanan lawan. Bisa ditebak,
robot Bangladesh tak mampu mengimbangi kecepatan robot G-Rush.

Memasuki
babak perempat final, robot G-Rush semakin giras. Walau kekuatan
baterai sempat terganggu akibat terkena air hujan, hal itu tak membuat
kemampuan robot berkurang. Dengan menggunakan kecepatan penuh, G-Rush
langsung memulai dengan strategi offensive. "Blocker sengaja
diluncurkan agar lawan tak mampu mencapai victory," kata Angga.

Permainan
offensive yang diperagakan G-Rush ternyata membuat lawan terhenyak.
Bahkan, salah satu robot milik Thailand yang dihadapi pada babak itu
terpelanting karena tak mampu menjaga keseimbangan. "Ini ajang balas
dendam kekalahan kami tahun lalu," tegasnya.

Asisten Direktur
III PENS ITS Tri Budi Susanto menyatakan, tim PENS ITS telah bekerja
maksimal. Kekalahan tim G-Rush dalam partai final bukan semata-mata
disebabkan persoalan teknologi, tapi strategi dan taktik. "Sebenarnya
kemampuan robot G-Rush sudah cukup istimewa. Tim yang ada pun cukup
kompak. Tapi, strategi tim, tampaknya, mampu dibaca lawan, sehingga
akhirnya kami kalah," jelasnya.

Cuaca buruk sempat membuat
pertandingan yang digelar di Quan Ngua Sports Palace itu terganggu.
Bahkan, jalan penghubung antara arena pertandingan dengan pit stop
sempat ambruk karena diterjang angin. Sontak, beberapa tim, termasuk
tim Indonesia, sulit membawa robot masuk ke dalam arena.

Akibatnya,
Indonesia nyaris terlambat ketika bertanding melawan Thailand. "Itu
juga salah satu kendala teknis yang membuat kesiapan tim G-Rush kurang
maksimal," ungkap Endra Pitowarno, dosen PENS ITS yang bertindak sebagai
observer tim G-Rush.

Mengenai penyebab kekalahan, dia menilai
kesalahan yang dilakukan tim adalah menggunakan strategi yang sama.
Akibatnya, strategi tersebut mampu dibaca tim lawan. Padahal,
sebenarnya, tim G-Rush mampu lebih cepat menguasai arena. "Selain itu,
tim G-Rush kurang tenang. Emosi tim masih kurang terkontrol," jelasnya.

Saat
diwawancarai terpisah, Muhammad Nuh berjanji mengusahakan ABU Robocon
2009 bisa diselenggarakan di Indonesia. Dia yakin kegiatan tersebut
tidak akan mengganggu jalannya Pemilu 2009. "Kalau India yang tidak
pernah menjadi juara bisa menjadi tuan rumah pada 2008, mengapa kita
tidak?" ujarnya.

Untuk diketahui, tim robot Indonesia pernah menjadi juara dalam ABU Robocon 2001 di Jepang. (dedy)

wpChatIcon
EnglishIndonesian