Source : Jawapos, Edisi Minggu 26 Agustus 2007

"robocon_vietnam"HANOI – Hari ini puluhan robot peserta Asia
Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon 2007 di Hanoi, Vietnam, mulai
bertarung untuk memperebutkan mahkota juara. Termasuk, G-Rush, robot
Indonesia karya Pramudya Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian
Syah, Andik Hermawanto, dan Ali Murtadlo, mahasiswa Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(PENS-ITS)

Wartawan Jawa Pos Deddy H. Syahrul yang
meliput acara di ibu kota Vietnam itu melaporkan, kehadiran tim G-Rush
mendapatkan sambutan cukup meriah dari publik yang menghadiri running
test (uji coba) kemarin (25/8). Dalam uji coba tersebut, kemampuan
G-Rush membuat para kontestan lain terpukau.

Itu terlihat
tatkala G-Rush menunjukkan kemampuan team work-nya. Bahkan, Prof Dr
Shimizu, pemrakarsa ABU Robocon yang turut menyaksikan jalannya uji
coba, terkagum-kagum dengan kepekaan sensor yang dimiliki G-Rush.
"Refleknya bagus. Cepat sekali," katanya kepada Jawa Pos.

Padahal,
dalam uji tersebut, G-Rush masih menyimpan salah satu keistimewaannya.
Yakni, blinker (sorot lampu) yang dipakai untuk mengacaukan sensor
lawan dan sensor warna yang dipersiapkan untuk membedakan warna pearl
(mutiara). Kemampuan arm rotary (lengan berputar) yang tidak dimiliki
kontestan lain, termasuk tuan rumah Vietnam, juga masih dirahasiakan
dalam uji coba itu. "Kami masih menjaga sampai pertandingan esok (hari
ini, Red)," jelas Pramudya Airlangga, ketua tim G-Rush.

Uji coba
yang dilaksanakan di gedung Quan Ngua Sports Palace kemarin menjadi
ajang perang urat saraf bagi setiap kontestan. Masing-masing tim yang
berasal dari 19 negara (Vietnam menurunkan 2 tim) saling menunjukkan
kemampuan robotnya untuk melakukan konfigurasi victory. Tak jauh
berbeda dengan G-Rush, masing-masing negara terkesan masih merahasiakan
senjata pemungkasnya masing-masing.

Setelah melakukan uji coba,
Angga hanya mengubah setelan sensor robot. Setelan sensor, kata Angga,
memang disesuaikan dengan permukaan lantai arena. Angga menilai
permukaan arena yang akan dijadikan tempat berlaga lebih menguntungkan
daripada permukaan arena yang ada Graha ITS. "Kalau di Graha ITS lebih
licin. Cahaya terkadang memantul dan mengacaukan sensor," jelasnya.

Angga
juga menambah spon pada permukaan bemper. Sebab, dalam uji coba, keluar
suara yang keras setelah robot berbenturan dengan island (tong untuk
pearl). "Kami diprotes tuan rumah. Untuk meredam bunyi, kami putuskan
untuk menambah spon," tambahnya.

Secara umum, lanjut dia, lima
robot G- Rush dalam kondisi prima dan siap berlaga dengan kontestan
lain. Baterai yang dibawa dari Indonesia juga dinilai cukup untuk
mengoperasikan G-Rush dalam even tahunan itu. "Secara teknis kami siap.
Tinggal masalah nonteknis. Kami minta doa dari teman-teman di
Indonesia," katanya.

Bagaimana dengan kekuatan lawan? " Kami
rasa semua lawan mempunyai peluang yang sama untuk menjadi juara,"
jelas pembimbing tim G-Rush Fernando Ardilla.

Berdasar
pengamatan Nando -sapaan akrabnya-, semua tim hampir memiliki kelebihan
dan kelemahan masing-masing. Tim Hongkong, misalnya. Robot yang
merupakan karya mahasiswa dari The University of The Hongkong mempunyai
sensor yang bisa merekam segala aktivitas di arena. Dengan demikian,
robot bisa berjalan secara otomatis tanpa melakukan scanning terhadap
garis yang ada di arena. "Robotnya juga lebih besar dibandingkan robot
kami," ujarnya.

Robot milik Vietnam juga diwaspadai tim robot
Indonesia. Selain memiliki kecepatan luar biasa, robot Vietnam mampu
mendeteksi gerakan robot lawan. "Robot perusak Vietnam juga sangat
tangguh. Kami sangat mewaspadai hal itu," tambahnya.

Kendati
demikian, Nando optimistis robot G-Rush mampu menghadapi kemampuan
robot lawan. Secara teknis, kemampuan G-Rush tak jauh berbeda dengan
robot lain. Bahkan, robot G-Rush banyak memiliki kemampuan yang tidak
dimiliki tim lain. "Robot kami memang lebih kecil, tapi lincah, lho,"
ujar mantan kontestan ABU Robocon 2005 di Malaysia itu. Nando juga
mengaku sudah menyiapkan beberapa strategi baru dalam menghadapi lawan
dalam pertandingan hari ini.

Tak jauh berbeda dengan kontes
sebelumnya, kontes ABU Robocon kali ini menggunakan format setengah
kompetisi. Di antara 19 kontestan (Vietnam 2 tim), dibagi menjadi tujuh
grup, mulai grup A hingga grup G. Di antara tujuh grup, lima grup
terdiri atas tiga kontestan dan dua grup terdiri atas dua kontestan.

Dalam
ABU Robocon 2007, tim robot Indonesia diuntungkan dengan hasil drawing
yang telah dilakukan panitia. Indonesia berada di grup A bersama
Bangladesh. Di atas kertas, G-Rush masih lebih unggul dibandingkan
robot milik tim Bangladesh University of Engineering and Technology
tersebut.

Tim Bangladesh yang diwawancarai terpisah juga
optimistis mampu menundukkan tim merah putih. Walau sempat mengalami
gangguan dalam uji coba, tim robot Bangladesh mengaku masih menyimpan
strategi dalam menghadapi tim Indonesia. "Kami punya robot perusak yang
tangguh. Nantinya ia yang bertugas merusak konsentrasi lawan," kata
Rhana Duch, salah seorang pembimbing tim robot tersebut.

Indonesia
dan Bangladesh akan bertanding dua kali. Hal itu disebabkan grup A
hanya dihuni dua kontestan. Itu yang menurut Asisten III PENS ITS Tri
Budi Susanto merupakan keuntungan dari tim Indonesia. "Jadi, kalau
babak pertama menang, kita bisa lebih santai pada babak kedua. Kan
kondisi lawan sudah kita baca," ujarnya.

Keuntungan lain,
terdapat beberapa grup tangguh yang berada dalam satu grup. Hal
tersebut akan lebih mempermudah tim Robot Indonesia untuk melenggang
hingga sistem round robin (sistem gugur). "Kami harapkan bisa bertemu
Thailand di babak perdelapan final," kata Tri. Thailand berada di grup
B bersama tim Vietnam II dan tim robot Macau.

Terpenting, lanjut
dia, secara umum kondisi tim robot ITS masih prima. Yang paling dijaga
adalah bagaimana mental para tim tetap stabil. "Kalau kondisi
psikologis mereka (tim robot, Red) stabil, kami yakin bisa juara,"
tegasnya.(*)

wpChatIcon
EnglishIndonesian