EEPIS-Online, Sebagai kampus yang ingin bersaing baik dalam negeri serta internasional, PENS tentu ingin mengembangkan center of excellent di beberapa ranah sesuai bidangnya. Salah satunya sebagai pusat unggulan teknologi game di Indonesia.

Hal tersebut dibuktikan dengan proses pembelajaran Program Studi D4 Teknologi Game yang telah usai menempuh semester perdana. Bapak Mohamad Safrodin, B.Sc, MT. selaku Kepala Program Studi menyampaikan banyak hal positif meski belum genap setahun berdiri. 

Pendirian prodi game tech merupakan tindak lanjut dari roadmap industri kreatif di Indonesia. Dan PENS merupakan kampus pertama di Indonesia yang menaungi teknologi game sebagai program studi di tingkat sarjana.

Seperti layaknya game, bagi para pecintanya, pembelajarannya pun terbilang menarik. Seperti lavelling game agar si pemain tidak bosan. Tidak hanya itu, bahkan yang sekarang marak dibicarakan adalah autolevelling, dimana komputer bisa mendeteksi kemampuan bermain lawan dan bisa mengatur levelnya secara otomatis. 

Adapun mata kuliah yang tak lazim dipelajari mahasiswa teknik pada umumnya adalah psikologi bermain. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa belajar mengenali karakteristik yang akan dibangun dalam game, sehingga karakter mampu membaur dengan lingkungan game dan berinteraksi dengan karakter lainnya. Hal ini merupakan tantangan berat bagi game maker.

"Pengembangan game ini tidak hanya untuk game entertain melainkan edukasi yang juga bisa mengangkat budaya lokal," ungkap Pak Safrodin. Kaprodi Game Tech yang juga sempat terlibat dalam acara yang dilaksanakan Game Developer Arek Suroboyo (GADAS) ini juga menyampaikan bahwa jika sukses mengerjakan project game bisa mengantongi ratusan juta rupiah. 

Sejauh ini kendala untuk pembelajaran adalah pengadaan alat dan laboratorium yang masih terbatas. Kendala tersebut tidak membatasi mahasiswa untuk belajar. "Mahasiswa angkatan pertama ini bisa dibilang cukup kreatif, beberapa dari mereka sudah bisa berfikir out of the box," ujar Pak Safrodin yang juga memegang mata kuliah pemrograman. 

Di akhir semester ini project yang dilakukan adalah membuat document planning, dimana mahasiswa dituntut untuk merancang game yang akan dibuat, membagi tim serta membagi job desc mereka sesuai rancangan game yang diajukan. Project ini bersifat kontinu hingga tingkat akhir nanti.

"Awalnya saya bingung, namun semakin lama malah enak kuliah di game tech bisa tahu cara coding, levelling dan banyak deh," ujar Anisah Nurul Hidayati. Berbeda dengan Dio Alsabah yang dari awal menyukai dan menekuni prodi ini. "Tugas-tugasnya asik biasanya disuruh nge-game, kita juga bisa belajar marketing dan artificial intelegence," ujar Dio.

Kurikulum Game Tech dirancang dengan mengacu pada sepuluh universitas terbaik di Amerika yang disesuaikan dengan kondisi PENS dan latar belakang pelajarnya. Tugas akhir prodi game tech mengarah pada pengembangan teknologi game pada lima platform (arcade, dekstop, handheld, console, web). Setelah lulus, target mahasiswa tidak hanya bisa membuat game tetapi juga simulator, desain, software services, research dan development. (nan/nat)

wpChatIcon
EnglishIndonesian