EEPIS-Online(9/03),Menjalani
kesibukan dan menjadi agen perubahan, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk
berprestasi di dunia akademik, melainkan dihrapkan untuk bisa turut aktif membangun
desa. Sayangnya, membangun desa bukanlah hal yang mudah. Selain harus
berkelanjutan sampai tercipta desa yang mandiri, dana yang dibutuhkan tidaklah
sedikit.

Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi memiliki solusi atas masalah
tersebut. Melalui program hibah bina desa (PHBD), pemerintah memberikan
sejumlah dana kepada organisasi mahasiswa (ormawa) untuk membangun desa melalui
inovasi aplikatif demi terwujudnya kemajuan dan kemandirian desa.

Tidak tanggung-tanggung, biaya yang dihibahkan
bukanlah angka yang sedikit, yakni sebesar Rp 50.000.000,00. Dana tersebut
selain bertujuan untuk menemukan potensi desa, juga diharapkan mampu
menciptakan individu yang berkarakter positif, empatik, peduli ulet dan
kreatif. Pemerintah juga sengaja menggandeng kader-kader ormawa untuk PHBD.
Selain bekerjasama dengan rekan organisasinya, mahasiswa PENS  diperbolehkan untuk membentuk tim dengan
mahasiswa yang aktif berorganisasi dari kampus lain dengan maksimum seyiap
timnya beranggotakan 5 orang.

Sistem pendaftaran PHBD juga telah dibuat online
untuk memudahkan mahasiswa yang hendak berpartisipasi. Hanya dengan mengirim
pendaftran pra proposal melalui link http://phbd.dikti.go.id
dengan dilengkapi formulir pendaftaran, surat rekomendasi Direktur PENS, surat
pernyataan kerjasama kelompok masyarakat desa sasaran, surat kesediaan dosen
pembimbing dan rekomendasi dari pimpinan perguruan tinggi bidang kemahasiswaan.

Terdapat waktu sebulan untuk persiapan mahasiswa
yang berminat sampai akhir pendaftaran tangal 31 Maret mendatang. Tidak perlu
risau, Adnan Rachmat Anom Besari, S.St., M.Sc., bagian kemahasiswaan memberikan
saran untuk sukses lolos PHBD. “Yang terpenting adalah kembangkan ide. Silahkan
cari permasalahan yang urgent dari
desa yang akan dibina dan temukan solusinya seperti apa,” terang dosen program
studi teknik komputer yang akrab disapa Bapak Anom.

Bapak Anom juga mengimbau untuk benar-benar mencari
desa yang dibutuhkan, yang jelas bukan dari lingkup Surabaya. Pasalnya program
ini ditujukan untuk desa, sedangkan di daerah Surabaya sudah tidak terdapat
desa. (ber/arn/hum)

wpChatIcon
EnglishIndonesian