Surabaya, pens.ac.id – Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) kembali menggelar International Electronics Symposium (IES) 2019. Merupakan penyelanggaraan ke-21, tema yang diangkat pada tahun ini yakni ”The Role of Techno-intelligence in Creating an Open Energy System Towards Energy Democracy”. Acara ini digelar selama dua hari (27-28/9), bertempat di Sheraton Hotel Surabaya.
Opening ceremony diawali dengan sambutan oleh General Chairman Sritusta Sukaridhoto, Ph.D dilanjutkan dengan sambutan dari Dr. Nia Kurnianingsih selaku Vice chair of IEEE Indonesia Section. Pemukulan gong dan sambutan oleh Direktur PENS yakni Dr. Zainal Arief, S.T, M.T menjadi simbolis dibukanya IES 2019. Selain itu, kegiatan ini diikuti oleh peserta berasal dari dalam dan luar negeri, yang hasil penelitiannya akan dipresentasikan dihadapan para panelis.
IES merupakan kegiatan tahunan yang diselenggaran PENS dengan menyajikan konferensi dan penelitian dibidang elektronik dan computer, dengan menghadirkan 100 papers dan 20 poster. Papers tersebut terdiri dari 56 papers IES on Knowledge Creation and Inteligent Computing (IES KCIC), dan 44 papers IES on Engineering Technology and Applications (IES ETA).
Penyelenggaraan IES 2019 menghadirkan 6 Keynote Speech, masing-masing adalah Prof. Noboru Koshizuka dari Tokyo University Japan, Prof. Eugen Dedu dari Institute Femto ST France, Prof. Yoshiteru Ishida dari Toyohashi University of Technology Japan pada sesi pertama. Sedangkan untuk sesi kedua menghadirkan Prof. Nobou Funabiki dari Okayama University, Japan, Prof. Seo Young Bong dari Pusan National University, dan Prof. Akio Gofuku dari Okayama University Japan.
“IES adalah agenda tahunan yang selalu diadakan oleh PENS yang temanya selalu berganti setiap tahunnya mengikuti perkembangan. Ini merupakan suatu wadah bagi para civitas akademika untuk berlatih menulis, selain itu dengan adanya IES, PENS bisa mengakomodasi untuk conference tingkat international. Untuk partisipan IES 2019 tidak hanya dari PENS saja tetapi juga diikuti oleh 7 negara, seperti dari Jepang, Korea, Timor Leste, Bangladesh, dan Prancis. Kita ingin mengembangkan jejaring kita untuk hal symposium dan conference international. Hal ini bisa memperkuat posisi kita untuk daya saing international. ” ujar Dr. Zainal.
Dipenghujung kegiatan hari pertama, disampaikan pengumuman Best Paper Award dalam masing- masing kategori. Lutfi Aminullah, peserta dari dari Pascasarjana PENS mengatakan, sangat bersyukur meraih Best Paper Award. “ Dalam IES kali ini, saya menyajikan Smart Farming, yaitu sebuah pertanian yang mengamati lingkungannya menggunakan sensor. Pertumbuhan tanaman bisa diukur , mulai dari nutrisinya, cahaya matahari, karbondiopset, dll. Kedepannya saya bisa mengembangkan inovasi saya sehingga bisa menjadi start-up dan bisa digunakan dalam pertanian di Indonesia”, ujar Lutfi.
Harapannya dengan adanya IES 2019, bisa terus memperkuat ekstetensi PENS dalam publikasi dan karya ilmiah. Karena publikasi karya ilmiah juga merupakan satu kategori penilaian klasterisasi oleh Kemenristekdikti. Selain itu, PENS juga tetap menjalin kerjasama dengan IEEE dan terus menjaga mutu paper yang disajikan.
(Hum/ENT)