Surabaya, pens.ac.id – Sebagai upaya meningkatkan daya saing di dunia kerja, Wakil Gubernur Jawa Timur mengajak mahasiswa baru Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berinovasi untuk negeri. Hal tesebut disampaikan Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc. dalam studium generale yang menjadi salah satu acara dari kegiatan Pengukuhan Mahasiswa Baru 2020 oleh Senat PENS. Kegiatan dilangsungkan pada Jumat, (4/9), secara daring.
Strategi pendidikan dan prospek lapangan pekerjaan di masa pandemi Covid-19 di Jawa Timur menjadi topik yang diangkat dalam acara kali ini. Topik tersebut menjelaskan bagaimana peluang kerja disaat pandemi saat ini terutama untuk lulusan vokasi. Sejumlah 1224 mahasiswa baru yang menjadi peserta tampak memperhatikan dengan seksama studium generale yang dipaparkan oleh Wakil Gubernur.
Dr. H. Emil Dardak mengungkapkan disaat pandemi saat ini justru menyadarkan bahwa pentingnya teknologi agar sebuah bangsa dan negara bisa berdaulat, dan di era sekarang keahlian yang diajarkan di PENS justru semakin relevan. Serta disiplin ilmu yang diterapkan sangat dibutuhkan era digital saat ini.
Dalam pemaparannya Wakil Gubernur membahas terkait pembelajaran di era digital terutama pandemi saat ini, dan prospek kerja yang saat ini sudah berkembang seiring perkembangan zaman. Hal ini sangat relevan dengan PENS yang menawarkan pendidikan vokasi, nantinya setiap lulusan diberikan keahlian dan siap diterapkan di dunia kerja. Dr. H. Emil Dardak mengatakan perlu digaris bawahi bahwa definisi dari program vokasi hanya fokus kepada keterampilan, sedangkan program non vokasi lebih fokus kepada pola pikir yang lebih luas. Jadi, vokasi bisa menjadi pilihan namun didukung dengan kemampuan lain, karena perkembangan dari teknologi sangatlah pesat sehingga harus tetap mencetak lulusan yang memiliki kemampuan yang tidak terbatas pada kemapuan teknis semata.
“Seorang insinyur tidak lagi harus menggambar blue print secara manual tetapi bisa melakukannya melalui software autocad, dan kemudian adanya pabrik-pabrik yang bisa melakukan otomatisasi proses sehingga beberapa fungsi yang dulunya manual bisa dikerjakan secara otomatis”. Ujar Dr. H. Emil Dardak
Wakil Gubernur juga menjelaskan perbedaan revolusi industri 3.0 dengan 4.0 adalah terdapat tambahan kekuatan internet didalamnya, yang memungkinkan ada komunikasi antara satu mesin dengan mesin lainnya. Tentunya semakin mengurangi peran dari sumber daya manusia dan juga akan memungkinkan untuk kolaborasi lintas batas, artinya akses terhadap satu mesin menjadi semakin tinggi yang dikenal dengan Internet of Thing (IoT). Sehingga mesin akan memiliki ip address dan bisa diakses terhubung kepada internet, dan memungkinkan adanya sinergi lebih tinggi dari mesin ke mesin. Contohnya situasi pandemi seperti saat ini sedang menerapkan deteksi kepatuhan dalam penggunaan masker di pasar menggunakan kecerdasan buatan. Pada deteksi pertama sebanyak 100 orang, namun kenyataannya terdapat 150 orang yang menggunakan masker. Maka kesalahan tersebut dicari penyebanya, kemudian di input kedalam program, sehingga mesin tersebut menjadi lebih akurat.
“Hal ini menjadi tantangan bagi kita, bagaimana tenaga-tenaga yang selama ini mengandalkan keterampilan, maka dari itu kemampuan kognitif kita harus tetap memiliki kompetensi, bukannya kita tergantikan oleh mesin namun harus bersinergi dengan mesin”. Jelas Dr. H. Emil Dardak.
Selain itu, Dr. H. Emil Dardak juga meyinggung tentang kampus merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makarim B.A., M.B.A. ini mempunyai konsep cukup banyak sks yang di dedikasikan diluar dari program studi utamanya, dengan harapan ada kekayaan khasanah, perspektif paradigma yang dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi. Sedangkan vokasi yang kata kuncinya selama ini fokus, detail, konsentrasi, namun sekarang kata kunci tersebut menjadi bagaimana memiliki perspektif yang luas.
Pandemi mengakselerasi kebutuhan tenaga-tenaga vokasi di era digital, namun di sisi lain terdapat perubahan yang luar biasa bagi lulusan vokasi, karena adanya potensi machine learning atau deep learning, sehingga dapat menggantikan sumber daya manusia. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa-mahasiswi baru untuk memiliki referensi seluas-luasnya. Dan mulai untuk mengenal skill lain.
Pada akhir pemaparannya, Wakil Gubernur menyampaikan bahwa ijazah yang diperoleh nanti akan berlaku seumur hidup, nantinya ilmu akan terus berkembang dan saat lulus nantinya harus menjadi seseorang yang mempunyai karakter dalam kemampuan belajar secara aktif. Selain itu, maksimalkan pembelajaran disiplin-disiplin ilmu yang bisa melengkapi saat dunia kerja nantinya.
Dr. H. Emil Dardak juga berharap akan lahir sumber daya yang sangat kompeten dalam menjawab tantangan era digital disaat pandemi dan pasca pandemi kedepannya. (hum)