Surabaya, pens.ac.id – Webinar Kerjasama Industri Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan PT PLN (Persero) usai digelar dengan tajuk “Kajian Optimasi Alokasi PLTS yang Terhubung ke Grid.” Dilaksanakan pada Jumat (11/3), kegiatan ini berlangsung secara daring melalui Zoom Video Conference. Devni Syafrianto, S.T., M.T., selaku bagian dari divisi engineering dan teknologi PT PLN (Persero) turut diundang sebagai pembicara pada webinar tersebut. Membawa topik seputar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang didukung dengan metode Energi Baru Terbarukan (EBT), webinar ini mengajak kita untuk berpikir jangka panjang terutama untuk kemajuan sektor pembangkit pada tahun 2025 mendatang.
Penyampaian kata sambutan oleh Novie Ayub Windarko, S.T., M.T., Ph. D., selaku Kepala Unit Kerjasama Institusi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) mengawali kegiatan webinar kali ini. Dalam pemaparannya, Novie menegaskan bahwa sektor industri masa kini sudah semakin maju. Maka disinilah peran mahasiswa untuk terus mengeksplor dan memahami sektor-sektor industri tersebut melalui PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi semua aspek kelistrikan Indonesia. Dengan dimoderatori oleh Dimas Okky Anggriawan selaku Dosen Teknik Elektro Industri PENS, webinar berjalan dengan baik walaupun terdapat kendala yang menyebabkan webinar ini tidak jadi ditayangkan secara live streaming melalui YouTube PENS TV.
Memasuki inti acara yakni pemaparan materi mengenai “Kajian Optimasi Alokasi PLTS yang Terhubung ke Grid Studi Kasus : Batam-Bintan 2025” oleh Devni Syafrianto, S.T., M.T. Dalam paparan tersebut, Devni menjelaskan bahwa pada tahun 2025 PLTS dapat bersaing karena harganya yang relatif turun namun memiliki kinerja maksimal apabila dibandingkan dengan bahan bakar fosil, sehingga menurutnya PLTS dapat lebih dioptimalkan untuk era mendatang. PLTS merupakan pembangkit tenaga surya yang memanfaatkan sumber tenaga matahari, daya keluarannya cenderung berkurang apabila cuaca kurang baik. Melalui hal ini, daerah Batam-Bintan merupakan alokasi tempat yang paling tepat untuk pemanfaatan renewable energy. Berdasarkan data terbaru, Batam-Bintan merupakan wilayah usaha dan Kementerian ESDM sudah meminta menerapkan 23% EBT, tetapi hanya 0,3% yang terealisasikan, dan dioperasikan oleh dua wilayah usaha kelistrikan yang berbeda. Oleh karena itu, penempatan studi kasus sangatlah penting agar penggunaan energinya lebih optimal dan sesuai kebutuhan masing-masing daerah.
Setelah penjelasan materi telah disampaikan, Fairuz selaku Master of Ceremony (MC) melanjutkan tahap kegiatan dengan membuka sesi tanya jawab. Pada sesi ini, para peserta tampak antusias yang mana dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa beserta seluruh peserta dapat mengetahui lebih dalam tentang industri pembangkit terutama tentang PT PLN (Persero) sendiri. Tak hanya itu, diharapkan pula kesempatan magang mahasiswa PENS yang bekerjasama dengan PT PLN dapat terbuka lebar. (her/irf)